Sabtu, 29 Januari 2011

Hari pernikahanku

oleh Tha LiNa pada 13 Desember 2010 jam 11:10
Hari ini hari pernikahanku



Aku senang tidak terkira,
Oke.
Tampilan luar.
Tapi memang bahagia,
Aku telah menjatuhkan pilihan.
Seseorang yang aku anggap paling baik untukku.
Untuk hidupku.
…………
Itulah yang terjadi.
…………
Sejak pagi tanganmu tak pernah lepas menggenggam tanganku,
Segala bentuk persiapan pernikahan telah kau pikirkan untukku,
Mencari gaunku,
Menyiapkan beberapa stel jas,
Membeli beberapa peralatan,
Menghubungi bebrapa agent prawedding.
Menyebarkan undangan,
Membeli bunga ..
Dan segala persiapan segala rupa telah kau lakoni.
…………
Sempurna.
Aku suka itu,
Aku tidak sempurna,
Tapi aku sangat menyukai kesempurnaan.
Terlihat egois,
Tapi sangat menyemangati pikiranku.
…….
Kau tampak begitu khawatir tentang aku,
Kau seolah tak percaya akan hari ini.
Ini adalah hidupku yang baru,
Dan kau pun tahu akan hal itu.
Hmmm..
Aku tahu kau sangat pengertian kepadaku,
Karena kau sangat mencintaiku.
Mengerti dan mencintai.
Karena mengerti jadi mencintai,
Atau karena mencintai jadi mau mengerti?
Ah..sudahlah,
Tidak penting.
Yang jelas kita saling mengerti dan mencintai.
……..
Hari itu kau menggenggam tanganku erat-erat.
Erat sekali malah.
Belum pernah kau pegang tanganku hingg terlalu erat dan terasa berlebihan demikian.
Tapi jujur ,
Aku merasa sangat kau lindungi hari ini.
Aku bahagia dengan penjagaanmu kepadaku
Hingga detik ini.

Kau tak banyak berbicara hari ini,
Tapi wajahmu terlalau banyak menjabarkan kata demi kata kepadaku.
Aku tahu itu.
Aku lihat kau tidak terlalu banyak bergerak hari ini,
Tapi perasaanku terjamah sedang berlari-lari, duduk, berdiam dan berbaring hari ini.
Kau diam tapi kau terlihat panik di mataku.
Kau diam tenang, tapi sangat galau di ujung benakku.
………..
Aku genggam tanganmu,
Kau gengganm tanganku,
Kita saling bergenggaman,
Tapi tahukah.
Aku tahu,
Kita berdua mati rasa dan mati gaya
Tak mamapu mengatur nafas.
Berpacu dengan perasaan kita masing-masing.,
Ah….kita kacau dan mabuk larut dalam perasaan.
Kita jatuh cinta masing-masing.
Hmmm..
Cinta.
Ya.
Kita saling mencintai,
Aku mencintaimu.
Kamu mencintaiku.
Sempurna.
Fantastis.
Tak ada cela.
…………….
Aku sempurna untukmu,
Kamu sempurna untukku.
Pasangan yang sangat bisa dibilang sempurna.
Kita berdua punya banyak cinta,
Mengerti sekali tentang definisi cinta.
Bahkan…
Kita mampu meracik cinta.
Berdua.
Jadi apa lagi yang dapat menjadi penghambat cinta di antara kita?
………….
Waktu pagi berlalau pelan, agak lembab dan basah.
Sudah tepat berada di depan gedung pernikahan terbesar di kota kita.
Tanganku masih kau genggam,
Semua sangat memaklumi itu.
Ayah bundaku tahu.
Keluargaku memaklumi itu.
Sangat maklum.
Terlalu memaklumi.
Atau hanya belajar memaklumi.
Entahlah.
Rahasia hati kita.
Aku mencintai dan menyayangimu.
Begitupun sebaliknya perasaanmu.
……….
Gaunku indah sekali hari itu,
Wajahku yang sangat jarang aku make up,
Hari itu mengeluarkan aura pancaran laini.
Janggal dan itu dapat dikatakan cantik.
Entah cantik dalam balutan kamuflase.
Make up, romansa pernikahan.
Tapi, aku akui hari ini cantik,
Pernikahan yang sempurna ,
Semua serba bahagia.
……….
Persandingan telah terbalut biru lembayung merah keemasan megah.
Aku kau antar menuju panggung pernikahan.
Sangat indah.
Gemericik musik tak henti menjadi pengantar,
Romansa sitrun hawa lembab keindahan pernikahan.
Hmmm…
Syahdu dan sangat tenang.
Sangat terkendali…
Kau masih genggam tanganku,
Tapi….
Kali ini aku yang gagu,
Aku kaku menggenggam tanganmu,
Jujur aku tak ingin kau lepaskan,
Kali ini dan selamanya.
Aku jatuh cinta kepadamu.
……
Sudah terlalu lama.
Berapa kali kau tarik tanganmu untuk melepas tanganku,
Tapi berapa kali juga ku semakin egois menggenggam tanganmu.
Seolah kita terkutuk.
Tapi aku suka itu.
Aku tak ingin dilepaskan,
Dan ku tahu kau juga tak mamapu melepaskan.

Hmmm..
Kau beberapa kali bilang aku cantik,
Aku tak perduli itu,
Kau telah terlalu banyak tahu tentang wajah polosku.
Kau menerimaku,
Itulah yang membuatmu indah di mataku.
Ah….
Kita parah.
Sama-sama telah dikutuk.
Telah terkutuk.
Perasaan.
….
Kau sangat mengagumiku.
Hari ini.
Terdengan banyak meluncur pemujaan kepadaku,
Aku mendengar,
Menganguk,
Mengulum senyum.
Aku tahu itu jauh di hari pernikahan ini.
Aku senang.
Tak terpalang.
Ingin terbang, setengah mengilang.
Hmmmm……
Berbunga-bung berkocol liar di perasaanku.
…..
Kali ini kau mencoba menenangkanku.
Memberi banyak pengertian kepadaku,
Kali ini tentang perasaanmu,
Perasaanku,
Perasaan kita berdua.
……
Kau berjanji dengan teramat sangat serius.
Dari hari ini kau akan selalu menjagaku,
Kau akan selalu menyayangiku,
Kau akan selalu mencintaiku,
Dan…
Selalu menyediakan bahumu.
Menjadi tempat untuk aku bersandar setiap waktu.

Kau mulai memaksa ku kali ini,
Melepaskan tanganmu,
Memberi pengertian..
……
Acara pernikahan sebentar lagi di mulai.
Akan terlihat sangat aneh apabila kedua tangan kita masih saling bergenggaman.
Tapi.
Aku sangat takut sekali,
Ku mohon.
Kali ini,
Aku ingin dikuatkanmu.
Tapi…
Aku tahu itu akan terlihat sangat aneh.
Kali ini kau menatap keras kepadaku,
Meninta melepas tanganku,
Dan mencoba mengguruiku untuk bersikap tenang.
Aku.
Aku terima.
Sudahlah…
Aku terlihat sangat manja.
Padahal mampu dikatakan dewas.

Kali ini kau sendiri yang turun tangan
Mengantarku ke depan saksi dan hakim sakralitas pernikahan,
Kau sendiri yang menyandingkanku,
Kau sendiri yang menjadi pengatur acaranya,
Beberapa kali akau menenangkanku,
Memberi pengertian kepadaku,
Aku senang akan hal itu,
Aku ingin begini.
…….
Kali ini sudah duduk berdua,
Ayahku menyapu wajaku..
Melihat terakhir sudut mataku dan sudut perasaanku.
Kau menatapiku erat dan kuat.
Menggengam tanganku sebentar dan berkata…
……….
“Menikahlah dengan baik dan bahagia, aku selalu mendoakanmu, belajarlah mencintai dan mempelajari arti cinta dari sudut pandang yang lain”
Aku mencintaimu dan menyayangimu, tapi aku bukan yang mengikrarkan nama ayahmu dan namamu dalam lafaz ijab Kabul ini.
Karena kita sudah memilih, kita sudah terpilih..
Kita sudah dipilihkan masing-masing.”
Kiat akan sangat berbahagia dalam diam, tergelayut mati dalam doa di ujung sujudmu dan sujudku,”
Kita kan sangat menjaga dalam keadaan, doaku selalu menyertaimu saat terakhir ini ketika aku melepas tanganmu.
“Belajarlah mencintainya, karena ia lah sekarang yang harusnya lebih aku cintai.”
“Dialah yang sekarang mendampingimu”
“Tugasku sudah berakhir hari ini menjagamu”
Tapi tugas-tugas ku mendoakanmu tak akan pernah mampu ku akhiri…”
“Namamu telah menjadi bait doa yang mati dalam setiap sujud keningku”
“Bahgiakanlah dia..
“Jadilah istri dan pendampingnya yang baik”
“Aku….mendoakanmu,
“Aku bersama kebahagiaanmu”
……………
Setelah itu kau melepas tanganku,
Menyaksikan pernikahanku.
Berbalik badan mengucap salam kepada keluargaku,
Pamit.
Menundukkan wajah teduh matamu.
Melempar senyum terhambar dalam hidupmu
(aku menyaksikan semua perasaanmu)
Dan itu sakit.
Kita berdua sakit jiwa.
………………………
Aku hanya diam.
Hening.
Bisu.
Kaku.
Tak menangis.
Tapi tak tersenyum.
Aku.
Aku.
Aku.
Aku.
Aku hanya berkata. Aku memiliki cinta.
Entah untuk siapa kali ini.
Kepada siapa kali ini.
Untuk apa kali ini.
Ya.
Aku punya cinta.
………
Kau diam.
Dia diam.
Aku diam.
Hening.
………
Di hari pernikahanku.
………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar