Sabtu, 29 Januari 2011

Aku Datang


oleh Tha LiNa pada 09 Desember 2010 jam 8:31
 
 

Pagi yang biasa.
Tawar, lembab..
Hari itu datar, tak ada yang berbeda.
Jika dilihat dari sudut pandang puitis,
Juga terlihat biasa,
Tidak ada yang mampu dilahirkan dalam sajak.
Terlalu biasa dan tawar tanpa rasa.
Ah..itu bulshit !!!
Terserah, mau hambar atau tawar.
Tak penting bagiku.
Aku sangat egois kali ini.
Tak ada sesuatu hal yang khusus,
Tapi tetap aku paksakan.
Tapi itulah aku,
Aku tak peduli,
Tak mau peduli,
Tak ingin peduli,
Tak ingin dipedulikan
Simpan saja setiap helai kepedulianmu untukku.
Simpan dan sumbangkan kepada manusia lain yang lebih membutuhkan kepedulian.
Bukan aku.
Masih banyak korban bencana,
Akan yatim piatu,
Wanita PSK.
Gelandangan,
Dan…
Miliaran umat manusia yang terlantar minta dipedulikan dan butuh kepedulian.
Lalu bagaimana dengan aku dan tulisanku..?
Acuhkan saja.
Tak penting.
Haahahaa…
Anggap lalat yang hinggap lalu terbang.
Buang, dan jangan pernah toleh lagi.
Anggap bungkusan kacang.
Hmmmm..
…..
Hari itu aku kembali datang dari perantauan.
Ada adik laki-laki tercinta,
Sudah menantiku sejak beberapa waktu di ruang tamu (ternyata).
Mobil bandara mengantarkanku tepat hingga sampai di depan rumah.
Sengaja tidak ingi dijemput,
Karena tidak mau dijemput,
Tidak ingin ada penjemputan.
Ingin yang biasa,
Karena mencari yang sederhana.
Tanpa terlalu banyak rasa.
Tidak ingin merepotkan,
Biar merepotkan diri.
Diri sendiri.
Jadi cukup meminta semua duduk manis di rumah,
Menonton lakonku.
Bersabar sejenak, tunggu aku datang.
Kalian terima beres.
….
“kakaaaaaaa……datang”
Itulah kalimat yang biasa, tapi istimewa bagiku. (aku narsis tapi ku tak peduli)
Adik membukakan pintu kehormatan bagi kakak perempuannya.
Mengangkat koperku dengan berat cukup tanggung,
Tidak terlalu ringan, tapi lumayan dikatakan berat.
Memelukku erat dan melepas senyuman untukku,
Lalu aku balas.
Impas, dan sedikit berlebih.
Itu bonus dik..
Ahahha…
(aku kangen kamu sayang..).
Aku segera melepas sepatu,
Tapi..
Belum sempat melepas kaos kaki,
Wajah ayah bundaku terlalu menarik mata hati dan seluruh perasaanku.
Ada banyak medan magnetic,
Aku tertarik.
Aku cium punggung tangannya,
Ada aliran darah hangat yang mengalir nanar disudut keningku,
Saat aku tundukkan tepat di atas punggung tangan bundaku.
Saat aku bungkukkan tubuhku di hadapan ayahku.
Menciumi hangat tangannya.
Aku suka ini.
Ini…
Lebih hangat dan indah dari pada secangkir kopi coklat di musim dingin dan api unggun.
Mata bundaku terlalu teduh untuk menyirami semua egoisme duka lara hidupku di ranah tanah Manglayang.
Aku tawar di hadapan ibundaku.
Wajah ayahkku terlalu berkilau memandikanku bias sinar harap bagi semua hitam pekat keresahanku di kawah candra di muka.
……….
Ibu menyambutku di teras,
Ayahku menantiku di halaman.
Itu yang aku suka.
Belum sempurna kakiku menginjak tanah coklat kampung halaman,
Tapi,
Bayang mereka sudah terlihat mata hatiku,
Aroma nafas tubuhnya sudah tercium hidung kerinduan.
Aku sudah mencium sitrun keceriaan adik laki-lakiku.
Memang..
Terdengar sangat berlebihan dengan balutan bahasa puisi,
Tapi manusia tak mengerti,
Dan.. tak perlu mengerti betapa indah dan bahagianya perasaanku waktu itu.
Aku selalu mereka nantikan.
Aku sadar betul.
Aku betul-betul sadar.
…..
Ayah lalu menanyakan kabar ringan,
“perjalanan lancar?”
Aku biasa menjawab “ia ayah..lancar”
(hmmmm….. ayah mana tau soal pinggangku yang encok setengah mati)
Tapi aku tak peduli.
Sambutan biasa, tapi istimewa bagiku.
……
“cepat ganti pakaian…….mama sudah siapkan makanan kesukaanmu”
(hmmmmm….mama memulai perintanya yang pertama, di hari yang pertama saat aku tiba di rumah)
-(catat)-
Tapi…
Aku senang dan segera menjawab “Siaaaaaaaaaaaap………Bentaaaaaaaaaaaar Maaaaaaaaaaaaa”
Ahahhaa,
Romansa picisan bumbu tanah Manglayang masih menghantuiku,
Aku segera ganti pakaian dan membasuh badan.
Mama sudah menungguiku di meja makan.
Aku lalu duduk menjuntai, menunggu mama membawakan secangkir air putih hangat.
Beberapa pudding sederhana.
……
Adik sibuk mengodaku, apa saja isi koperku,
Ahaaaaa….
Instingmu terlalu pintar bro!
Tenang sayang…
Selalu ada kado special untuk laki-laki beliaku.
Aku mencintai kalian semua.
Aku senang dengan ritual penyambutan ini.
………
Sederhana.
-Tapi-
Istimewa.
(bagiku)
……………
(bagi semua anak yang dicintai keluarganya)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar