Ini sumpah kisah nyata.
Pernah ada SATU orang yang berani mempertaruhkan nyawa yang ia miliki untuk aku,
Jujur..di saat itu kami diantara dua pilihan kematian..
Aku ATAU dia?
Aku DAN dia?
Atau TIDAK diantara kami berdua,
Kenyataanya…
Dia lebih SIAP bila dibanding aku….
Apabila tiba pada suatu pilihan pertanyaan, nyawanya atau nyawaku?
Maka sudah pasti ia akan menyekak lidahku dan berkata…
“Korbankanlah aku saja…”
Hari itu kami tertakdir dalam sebuah pertarungan maut,
Saat nuansa malaikat Izroil menyeret-nyeret kami pada satu kegelapan bayang-bayang alam kubur…
Terpaksa…aku dan dia sama-sama besaing untuk HIDUP,
Siapa yang kuat itulah yang akan hidup!!!
Tapi kami juga SIAP mati..
Terlebih dia..karena terlalu siap mati..
Tapi…sayang,
Diam-diam dia mencintaiku, menyayangiku…dan…aku tidak menyadarinya…
Padahal ia belum pernah melihaku dengan kedua matanya
Naasnya dunia..
Hari itu takdir menggariskan dia yang banyak terluka,
Tahukah dunia, darahnya berceceran dimana-mana hingga membasuh dan menjadi air pemandianku,
Hari itu darahnya terlalu banyak hingga bisa kuminum…
Berceceran dimana-mana, menyeruak nuansa amis darah merah segar…di setiap sudut.
Aku risih..karena terlalu banyak.
Pertarungan hidup antara aku dan dia,
Kami benar-benar tidak ada pilihan,
Aku menyesal..
Hari itu dia terlalu payah dan lemah.
Nafasnya tersengal menghantui sudut-sudut medan pertempuran maut itu,
Meski alat bantu bertahtra di mana-mana..
Tapi tetap tak terlalu berguna,
Disingkirkan…
Jujur aku tersudut melihat perjuangannya,
Bahkan saking kalapnya,!!
Egoisku untuk hidup, aku berkali-kali menginjak-injak bagian dalam isi perutnya..(sadis…ini perbuatan kotor kah?..
Atau ini maksiat yang nyata dalam hidupku!
Tahukah, darah itu semakin menjadi-jadi mengalir..
Tidak lagi menetes, tapi ini sungguh-sungguh mengalir…!!
Membanjiri seluruh daging di tubuhku,
Jujur, aku hampir membunuh manusia dengan tendangan kakiku sendiri…(terserah mau percaya atau tidak..
Hari itu aku sangat egois dan keras kepala,
Aku ingin hidup!! (titik)
Aku ingin keluar dari ini semua…
Ku fikir tidak ada cara lain selain menendang perutnya sebagai titik kelemahannya! (aku tau itu)
Mungkin saat itu dunia mengutukku!
Tapi sungguh aku tidak peduli lagi…
Aku benar-benar berontak,
Sedang dia…?
Hampir mati ku tendang isi perutnya,
Sedikitpun aku tak punya belas kasihan…!! (aku kalap..
Ia selalu berteriak, mengerang kesakitan…(aku tak peduli..
Suaranya sangat nyaring beradu dengan tendanganku..
Hingga pada titik akhir kepayahan…
Aku lelah menendanginya..
Akhirnya aku yang menangis..!!!
Tapi..
Akhirnya aku berhasil menghirup udara,
Hmmm aneh..
Dia justru berhenti berteriak kesakitan…
Ia justru menikmati tangisanku,
Apa-apaan ini…?????? (aku mulai bingung..
Ia tersenyum letih mendengar tangisanku,
Ia bersyukur aku bisa menangis..
Ia bahagia sekali hari itu…
Aneh..
Aku tiba-tiba panik,
Tangisku semakin menjadi…
Membelah habis isi dunia,
Sedang dia…
Tersudut bahagia..
Hmm..
Tahukah dunia,
Malaikat Riduan tersenyum simpul..
Melihat titisan darah hawa bertarung nyawa di lepas magrib yang siluet, kuning…dan digiring alunan azan sholat isya.
Kami berdua..
Meregang nyawa..
Dan untung berakhir tanpa roh kematian…
Sayap-sayap malikat Riduan berkibar lemah membias mata kami..
Indah..
Kami masih hidup..
Tapi…..
Tahukah siap dia yang telah rela mempertaruhkan nyawanya demi aku tadi?
Jujur aku baru mengenalnya saat itu..
Ia adalah…
Mama…(sekarang ku panggilnya begitu..
Rahim yang selama ini aku tempati,
Yang telah meregang nyawa demi kehidupanku,
Yang telah rela mengeluarkan literan darah demi nafasku…
Yang merelakan isi perutnya aku injak-injak tertendang dalam balutan kesakitan..
Mama..
Yang telah berteriak-teriak sakit melahirkanku,
Mama…
Yang telah pucat basi di meja persalinan demi aku,
Mama…
Yang telah Sembilan bulan membiarkanku menjajah habis isi rahimnya..
Mama..
Yang sampai hari ini ku tanya,
Masih mau berkorban demi aku..dan masih mau mencintaiku.
Pernah ada SATU orang yang berani mempertaruhkan nyawa yang ia miliki untuk aku,
Jujur..di saat itu kami diantara dua pilihan kematian..
Aku ATAU dia?
Aku DAN dia?
Atau TIDAK diantara kami berdua,
Kenyataanya…
Dia lebih SIAP bila dibanding aku….
Apabila tiba pada suatu pilihan pertanyaan, nyawanya atau nyawaku?
Maka sudah pasti ia akan menyekak lidahku dan berkata…
“Korbankanlah aku saja…”
Hari itu kami tertakdir dalam sebuah pertarungan maut,
Saat nuansa malaikat Izroil menyeret-nyeret kami pada satu kegelapan bayang-bayang alam kubur…
Terpaksa…aku dan dia sama-sama besaing untuk HIDUP,
Siapa yang kuat itulah yang akan hidup!!!
Tapi kami juga SIAP mati..
Terlebih dia..karena terlalu siap mati..
Tapi…sayang,
Diam-diam dia mencintaiku, menyayangiku…dan…aku tidak menyadarinya…
Padahal ia belum pernah melihaku dengan kedua matanya
Naasnya dunia..
Hari itu takdir menggariskan dia yang banyak terluka,
Tahukah dunia, darahnya berceceran dimana-mana hingga membasuh dan menjadi air pemandianku,
Hari itu darahnya terlalu banyak hingga bisa kuminum…
Berceceran dimana-mana, menyeruak nuansa amis darah merah segar…di setiap sudut.
Aku risih..karena terlalu banyak.
Pertarungan hidup antara aku dan dia,
Kami benar-benar tidak ada pilihan,
Aku menyesal..
Hari itu dia terlalu payah dan lemah.
Nafasnya tersengal menghantui sudut-sudut medan pertempuran maut itu,
Meski alat bantu bertahtra di mana-mana..
Tapi tetap tak terlalu berguna,
Disingkirkan…
Jujur aku tersudut melihat perjuangannya,
Bahkan saking kalapnya,!!
Egoisku untuk hidup, aku berkali-kali menginjak-injak bagian dalam isi perutnya..(sadis…ini perbuatan kotor kah?..
Atau ini maksiat yang nyata dalam hidupku!
Tahukah, darah itu semakin menjadi-jadi mengalir..
Tidak lagi menetes, tapi ini sungguh-sungguh mengalir…!!
Membanjiri seluruh daging di tubuhku,
Jujur, aku hampir membunuh manusia dengan tendangan kakiku sendiri…(terserah mau percaya atau tidak..
Hari itu aku sangat egois dan keras kepala,
Aku ingin hidup!! (titik)
Aku ingin keluar dari ini semua…
Ku fikir tidak ada cara lain selain menendang perutnya sebagai titik kelemahannya! (aku tau itu)
Mungkin saat itu dunia mengutukku!
Tapi sungguh aku tidak peduli lagi…
Aku benar-benar berontak,
Sedang dia…?
Hampir mati ku tendang isi perutnya,
Sedikitpun aku tak punya belas kasihan…!! (aku kalap..
Ia selalu berteriak, mengerang kesakitan…(aku tak peduli..
Suaranya sangat nyaring beradu dengan tendanganku..
Hingga pada titik akhir kepayahan…
Aku lelah menendanginya..
Akhirnya aku yang menangis..!!!
Tapi..
Akhirnya aku berhasil menghirup udara,
Hmmm aneh..
Dia justru berhenti berteriak kesakitan…
Ia justru menikmati tangisanku,
Apa-apaan ini…?????? (aku mulai bingung..
Ia tersenyum letih mendengar tangisanku,
Ia bersyukur aku bisa menangis..
Ia bahagia sekali hari itu…
Aneh..
Aku tiba-tiba panik,
Tangisku semakin menjadi…
Membelah habis isi dunia,
Sedang dia…
Tersudut bahagia..
Hmm..
Tahukah dunia,
Malaikat Riduan tersenyum simpul..
Melihat titisan darah hawa bertarung nyawa di lepas magrib yang siluet, kuning…dan digiring alunan azan sholat isya.
Kami berdua..
Meregang nyawa..
Dan untung berakhir tanpa roh kematian…
Sayap-sayap malikat Riduan berkibar lemah membias mata kami..
Indah..
Kami masih hidup..
Tapi…..
Tahukah siap dia yang telah rela mempertaruhkan nyawanya demi aku tadi?
Jujur aku baru mengenalnya saat itu..
Ia adalah…
Mama…(sekarang ku panggilnya begitu..
Rahim yang selama ini aku tempati,
Yang telah meregang nyawa demi kehidupanku,
Yang telah rela mengeluarkan literan darah demi nafasku…
Yang merelakan isi perutnya aku injak-injak tertendang dalam balutan kesakitan..
Mama..
Yang telah berteriak-teriak sakit melahirkanku,
Mama…
Yang telah pucat basi di meja persalinan demi aku,
Mama…
Yang telah Sembilan bulan membiarkanku menjajah habis isi rahimnya..
Mama..
Yang sampai hari ini ku tanya,
Masih mau berkorban demi aku..dan masih mau mencintaiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar