Sabtu, 05 Februari 2011

Matahari dari Timur

oleh Tha LiNa pada 02 Desember 2010 jam 11:02
Tak banyak yang mengetahui romansa persahabatan kami.
Tapi itu nyata dan ada.
Banyak sahabatku disini,
Dari lorong ke lorong,
Dari ruang ke ruang,
Dari panas hingga hujan,
Dari tawa hingga tangis air mata,
Dari dingin hingga hangat,
Dari nol hingga menjadi satu,
Dari biasa hingga istimewa,
Dari ranah darah adam hingga hawa,
Dari tawar hingga ada rasa,
Lengkap.
Banyak sekali jenis dan karakteristik makhluk hidup yang bernama manusia.
Di sini.
Aku menyukai perbedaan ini.
Sekarang.
(meski,dulu sangat asing)
Aku menyukai warna-warni manusia di sini.
………………….
Denyut jantung yang ku hirup romansa kicau anak cucu Adam Hawa setiap hari.
Tinggi rendah similir jutaan karakteristik sel butir darah manusia.
Kami anak muda.
Yang merah darah,
Tapi masih terlalu hijau.
Kontras dan penuh romansa warna-warna vocal.
Menukik tajam di setiap sudut lorong sisi kehidupan di sini.
Kami runcing dan mencolok,kawan.
Tapi kami fleksibel dan satu suara.
…………….
Suatu masa dalam arus putaran waktu.
“EMANG PENTING KAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH ………..!!!!!!!!!”
Itulah satu potong kalimat yang hampir memaksa air mataku jatuh,
Tapi cepat ku tahan.
Aku tidak layak menangis hanya untuk itu.
Air mataku terlalu berharga.
Meski, jelas..
Kali itu ada torehan luka kecil, tapi ini sangat dalam.
Mencabik halus di relung perasaan kulit terdalamku.
Aku tersinggung.
Merasa tidak dihargai,
Minimal sebagai manusia yang menuntuk hak azasi manusianya.
Tiap manusia yang berhak mendapat penghormatan,
Minimal tidak untuk disakiti dan di maki-maki.
Bukan untuk diacuhkan.
Kali ini betul-betul-betul-betul…..
MENOHOK.
Tepat di ulu hati dimensi sisi perasaanku.
(Di sisihkan, dan tidak dianggap)
Itulah sketsa halus percik perasaanku.
Saat itu.
……………
“hey, tidak semua manusia bisa terima kalimatmu itu di sini”
“yang lain mungkin bisa, tapi saya tidak”
“kau tak pernah fikirkan siapa tahu ada yang tersinggung akibat ulah kalimatmu itu?”
………..
Itulah kalimat balasan yang aku ucapkan mengakhiri kekesalanku pada saat itu.
Sosok ini betul-betul membuatku dongkol mati saat itu.
KASAR.
TAK PUNYA PERASAAN.
(itulah isi otak di kepalaku tentang dia)
Begitulah aku,
Sekali ada yang bikin ulah,
Akan ada nada cacat kecil bertumpuk,
berlapis, dan berlipat,
Terindoktrinasi halus dan detail dalam benak dan perasaanku.
Tersinggung.
Itulah ending perasaanku saat itu.
…………..
Waktu.
Kejadian itu berakhir.
Dia hanya diam, sedikit melempar senyum tak terdefinisi untuk aku.
Aku malas melihat wajahnya,
Kali itu dia agak mengulum senyum,
Mungkin dia juga agak terperanjat saat itu.
Mencoba menutupi rasa dirinya dengan senyum, atau….
Entahlah.
Kali ini ku lihat di wajahnya ada gurat halus tanda menerima alibiku.
Ada mimik persetujuan alasan yang sedikit mampu dia teguk pada saat itu,
Ada kemungkinan hati yang bergoncang ringan akibat ulah kalimatku.
Tapi entahlah.
Sudahlah…
Aku sudah senang mengeluarkan perlawanan itu.
Tersadar diri mau menerima atau tidak terhadap alasanku,
Aku TAK PEDULI.
…………..
Tapi,
Ternyata,
Dia menerima, mengeluarkan kata maaf untukku.
Aku,
Aku,
Aku,
Lega.
Ada hawa lembab halus mnembasahi bias tabir lapisan perasaanku,
Yang awalnya sempat memuai hawa panas dipermukaan wajahku.
Kata maafnya membuatku cair.
Mendingin, dan semi simponi yang mereda.
Aku jadi tahu,
Hatinya memiliki celah untuk mereguk sedikit alasan batinku,
batin yang senstif dengan kalimat:
“EMANG PENTING KAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH ………..!!!!!!!!!”
………..
Jika dia tidak penting,
Maka untuk apa aku peduli ???!!!
Untuk apa aku berbicara,
Untuk apa aku membalik badan hanya untuk sejenak mendengar atau mengangguk dalam pembicaraannya.
Aku berbicara,
Aku peduli,
Aku balik badan,
Itu karena dia penting dan berharga.
………..
Itulah sepotong kisah tragedi,
Tragedi hati saja.
Episode singkat, saat TUHAN mengirimkan satu SAHABAT yang baru kepadaku.
Mengirimnya dengan prolog rasa dongkol,
Berujung pada rasa simpatik di bungkus kado persahabatan.
………..
Watak yang hampir terlahir dari tetesan magnit batu karang yang keras.
Terlihat membatu dan kokoh,
Tinggi, angkuh dan bercokol congkak.
Tapi tahukah,,,
Aku pun baru tahu.
Batu karang itu memiliki jutaan pori yang sangat halus dan mudah menerima zat dan material lain.
Gampang tersentuh,
Ahahahahaaa…
Itulah sosoknya.
Ada batu mutiara di balik cangkang kerang padang lautan bawah air yang misterius dan kejam.
Itulah dia.
Juga.
………
Ada banyak hal yang aku pelajari dan belajar dari sosoknya.
Tegas berbeda dengan keras.
Keras berbeda dengan kasar.
Kasar berbeda dengan tegas.
Tegas- keras- kasar.
Tiga perbedaan,
Tiga pengertian,
Tiga situasi,
Tiga penggunaan.
Tidak semua orang keras itu kasar,
Tidak bisa kasar kalau tidak keras.
Jika ingin tegas, harus terlihat keras.
Huuuuh…ini beda kawan.
Ini sangat berbeda.
Aku agak panik membuat tiga definisi kali ini.
………..
Pengalaman hati yang unik,
Belum pernah dikasari,
Hingga terasa sangat terluka,
Padahal bagi dia dan beberapa manusia itu biasa dan berwarna.,
Tapi itulah aroma sitrun darah perbedaan peradatan manusia.
Aku jadi menyukai itu.
Aku jadi mengagumi itu.
Tak banyak,
Tapi tidak juga tak sedikit.
Hm…
Hapus memori itu,
Tak semudah dibayangkan otakku.
Menjadi hantu dalam pengalaman hidupku.
Jadi, sudah lah..
Toh ini sangat indah,
Dari tragedy aku punya arti.
Tidak perlu merubahnya,
Karena tidak ada yang perlu dirubah.
Aku tetap dengan aku.
Dia tetap dengan dia.
………………..
Air dan api.
Seandainya tidak ada api,
Maka seluruh umat manusia tidak akan pernah merasakan hangatnya minum kopi,
Padahal sudah jelas, bubuk kopi harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air.
Itulah persahabatanku,
Seandainya tidak ada tragedi,
Maka seluruh isi kepalaku tidak akan pernah merasakan indahnya romansa sitrun persahabatan,
Padahal sudah jelas, persahabatan harus dilarutkan terlebih dahulu dalam perbedaan.
…………………………
Matahari dari timur.
Thanks untuk kalimat:
“EMANG PENTING KAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH ………..!!!!!!!!!”
Hahaaaahahhaaa….
Ternyata kalimat itulah yang  membutmu menjadi penting dalam daftar persahabatannku.
…………………………
Kali ini penting, kawan.
Tegur aku saat aku salah.
Ingatkan aku saat aku hilaf,
Tarik aku saat aku mulai jauh.
Terangi aku saat aku mulai gelap.
Ada banyak kewajiban yang harus kita tunaikan atas nama persahabatan.
Tidak penting banyak sedikitnya pertemuan kita kawan..
Tapi yang terpenting adalah banyak sedikitnya namaku dan namamu terucap dalam tiap sujud dihamparan sajadah kita tiap lima waktu.
…………………………..
Kado kecil di akhir tahun untuk sahabat.
Matahari dari timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar