Jumat, 04 Februari 2011

Surat Untuk Tiga Orang Yang Aku Cintai (part 1)

Ayah…




Malam ini aku tak bisa tidur mengistirahatkan diri dalam tenang dan temarangnya rasa kabut,
Tak kuasa memejamkan mata dengan baik karena sosokmu terlalu indah dalam hidupku.
Ini wajar bagiku …
Aku sering begini…
Karena aku anak manja.
Ini terjadi sudah biasa,
bukan Karena keadaanku di sini, tapi hatiku yang ada disana.
Aku sungguh mati akal mengenang raut wajah dan suaramu yang sampai kapanpun selalu mampu mencairkan segala egoisme dan kerasnya hidupku saat ini.
Belum pernah aku temui suara yang mampu menggetarkan hatiku sekedar menjadi sedetik penenang kalbuku  di saat aku galau dan parau mencari arti hidupku dan kehidupanku.
Banyak petuah dan ceritamu yang dari dulu hingga detik ini masih sangat aku rindui,
Sekedar untuk menjadi penawar rasa hampa yang menjadi hantu terbesar dalam tiap nafasku.
Ayah… lihatlah… putrimu semakin kacau dengan hidupnya yang belajar dewasa.
Putri cengeng yang setiap malam kau selimuti dulu,
Putri sulung yang sering kau ajak adu lari dan sangat takut capung!
Lihatlah ayah …
Kini aku sudah menjadi gadis keras kepala yang mampu mendustai hati demi menahan air mata.
Kini aku sudah menjadi gadis keras kepala yang mampu tertawa demi menahan amarah.
Ingatlah, itu kau yang mengajarkannya …
Ayah … aku suka caramu manantang hidup,
Aku suka caramu menahan perih,
Aku suka caramu meramahi perasaan,
Aku suka caramu marah yang sedikit dan pedas hingga terasa perih bagiku.
Aku suka caramu memerintahku,
Cukup sekali dan aku tunduk.
Ah… aku suka semua apapun tentang kau.
Kini lihatlah aku,
Pernah ibu berujar, seandainya aku laki-laki ….
Pasti akulah kembaran karaktermu, ayahku.
Sayang, aku cuma sekedar anak perempuan cengeng yang itu tak pernah itu kau lakukan ayah.
Ayah … aku rindui hadiahmu,
walau sekedar boneka micky mouse ukuran genggam tangan … kecil dan biasa.
Tapi itu selalu istimewa!
sudah lama aku tak lagi terima hadiah itu,
aku kangen mati hadiah permen hexsosmu …
permen yang sering membuatku mengeluarkan air mata karena terlalu pedas tapi aku suka,
kau mengejekku hingga aku kesal dan merajuk.
aku kangen hadiah sandal jepit biru ukurang tanggung yang sengaja kau beli sekedar untuk menemaniku main petak umpet dan tali karet dikampung.
Aku rindu saat kau mendoktrin aku belajar matematika dan bahasa Indonesia sampai larut malam,
aku kangen semua apapun yang lakukan kepadaku,
sudah lama aku tak mencium sekedar punggung tanganmu,
aku suka aroma telapak tanganmu,
telapak tangan hangat yang tanpa malu-malu sering aku benamkan kewajahku yang sudah beranjak dewasa.
aku rindu semua tentang engkau ayah..
sampai kapanpun jua…
itu aku akan selalu tetap kurindui,
apapun jua itu tentang kamu… ayahku,

Ayah..putri sulungmu ini sudah beranjak dewasa,
tak banyak yang mampu aku persembahkan di sisimu,
aku hanya anak perempuanmu yang biasa,
dan... sampai hari ini tak layak untuk kau banggakan.

Ayah… aku malu jika saat ini kau baca suratku,
saat ini aku pasti sedang terseok-seok meniti arti hidupku di tanah perantauan,
cukup sederhana yang aku impikan…
aku hanya ingin menjadi putrid yang kau banggakan.
Tidak sekear kau puji,
tapi aku ingin meneteskan air matamu karena rasa syukurmu memiliki anak sulung seperti aku.
Tapi itu kapan……….??????????!!!!!!!
Aku tak lagi kuasa menahan air mata yang biasa tampak jika aku sudah mengenangmu,
Aku tahu ini karena aku terlalu cengeng dan terharu jika mengenang sosokmu …
aku mencintaimu tak sekedar hatiku,
tapi sudah menjadi kehidupanku.
Jujur…aku rindu padamu ayah …(saat ini)
Tak ada laki-laki yang pernah aku rindui sampai menangis seperti engkau. (saat ini) ...
Aku ingin tanganmu tenangkan kerasnya keningku menantang hidup.
Aku ingin matamu teduhkan hati yang galau mempertaruhkan perasaan.
Aku ingin ucapmu bungkamkan semua ocehan keluhku.
Ayah … aku rindu petuahmu,
saat ini.
seterusnya.
kapan kita bersepeda bersama lagi?
Kapan kau temani aku membeli boneka lagi,
kapan kau marahi aku gara-gara nilai matematika jelek?
Kapan lagi…. ?
Ingin ku benamkan sekujur tubuhku untuk sekedar memeluki tubuh hangat dan kasihmu ayahku …
kapan lagi kau belai kepalaku saat aku menangis gara-gara permen lolypop yang jatuh ke tanah?
Kau membujukku …
Aku suka dimanjakan,
Ayah …. Sedih rasanya jika mengenang semua yang telah engakau lakukan …
saat aku masih bayi hingga aku dewasa.
Ibu bercerita…suara engkau lah yang menjadi suara pertama saat aku tiba di dunia..
saat matamu berkaca-kaca melafazkan azan untuk aku,
anak perempuamu yang masih merah.
Aku mencintaimu ayah …
ayah...
tak ada kesimpulan ataupun permintaan yang jelas dari isi suratku untuk mu …
aku hanya punya satu kaliamat pendek untukmu..

“Aku mencintaimu ayah…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar