Jumat, 04 Februari 2011

Pesona Adam Kota Serambi Mekah, Martapura. (Part 1)

oleh Tha LiNa pada 14 Desember 2010 jam 21:47
hari itu tak seperti biasa,
ibu menarik hati mengajak untuk sekedar bersenang-senang ke pasar.
ya..pasar setengah tradisional, tapi terlalau dramatis dibilang modern.
terlalu banci diantara keduanya,
namanya juga pasar, hinggar bingar tak teratur.
suara adu tawar di balas lagi menawar,
suara gaduh yang didominasi ibu-ibu..
hm...hm... mamayoooo...
kacau balau.
tapi aku lumayan terhibur, banyak adegan natural raut manusia aku dapati,
ada yang sombong berpolah tingkah di dalam toko dan etalase setengah mewahnya,
catat. setengah mewah.
ada yang dari tadi diam di sudut toko dengan menengadahkan tangannya ke atas meminta-minta,
ada yang dari tadi sibuk menguatkan urat leher bersikeras harga,
padahal selisihnya cuma lima ratus rupiah...
tak sanggup iklas (mungkin)
atau..
itu angka rupiah yang sangat berarti.
ada yang diam mematung, melihat jualan barangnya belum laku satu pun,
ada yang sibuk menghitung duit,
ada yang makan dengan masakan yang sangat sembarangan "nasi sisa di warung"
ada yang ini..
ada yang itu..
yaa...Tuhan.
terlalu dramatis.
......
ibu memainkan pola cepat kali ini, jalannya seperti diburu waktu.
aku keteteran mengejar-ngejar langkahnya,
tapi memang beliau suka begitu.
tak suka berlarut waktu dalam gemuruh romansa hiruk pikuk pasar.
aku suka.
jadi aku tak terlalu banyak referensi tentang pasar,
sekilas lalu melaju,
tapi beberapa moment ku abadikan dalam hati dan fikiranku.
pasar....
hiruk pikuk,
becek dan hawa lembab aneka rupa barang basah hingga kering.
anehnya...
juga ada yang sempat-sempatnya berbalas rayu murahan,
sepasang kekasih tak kenal etika dan tempat umum,
aku mendengarnya,
sedikit bergidik dan merinding...
hm...terlalu diobral, haha..
lama-lama nanti bisa didiskon, atau banting harga...
hati-hati cantik.
kau masih hijau daun.
.......
setelah yang dirasa perlu telah ibu dapatkan,
kami pulang.
kali ini lebih dahsyat lagi.
ibu terburu-buru sekali.
ampun.
apa sih yang beliau kejar?
tapi..memang demikian.
pasar itu, sudah hampir menjadi sarang kejahatan.
malas terlalu lama di sana.
ayo kita pulang.
hm..
pulang..
nah...moment inilah aku suka.
.....
waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu siang,
azan dzuhur sudah terdengar,
syahdu mengguyur batinku yang terlalu tandus dari sisi keimanan.
kami bergegas pulang.
aku dan ibu lupa...
satu hal, tapi fatal.
ini jadwal anak-anak pesantren pulang ke rumah mereka.
macet,
jalan sengaja di berikan kekhususan untuk mereka semua (ribuan) lewat, pulang.
melewati sisi sebelah depan pasar.
pasar itu berdampingan dengan mesjid agung,
di sisi membujurnya,
terdapat rentetan luas hamparan kawasan pesantren yang sudah sangat tua,
tapi sangat diagungkan di kotaku.
dan...ini jadwal kaum pesantren itu pulang.
para akhi bersarung dan gamis putih.
yang lain minggir dulu,
sekedar memberi mereka jalan lewat.
ya,..iring-iringan kaum adam yang terjaga hatinya.
hmmm
......
ada hawa dingin yang membasahi nanar mata hatiku saat aku melihat ribuan wajah itu.
aku sapu halus jutaan wajah itu.
ah....
aku tahu ini berdosa,
tapi aku keras kepala.
wajah mereka terlalu indah aku deskripsikan.
ini bukan meyangkut masalah ketampanan kaum adam,
tapi... masalah keteduhan kaum pengaji kitab suci.
pengagung keimanan.
mereka kaum muda dan kaum tua hingga anak-anak,
ada ratusan yang seumuran ku.
wajah mereka anggun, putih berseri..
air wudhu terlalu meresapi kulit wajah kaum adam yang banyak itu.
rinai tenangnya melonjor hingga tiap lipatan wajahnya,
meresap hingga ke dalam air muka mereka.
ah....teduh sekali.
aku terhipnotis dalam ketenangan batin,
sekedar menyapu wajah mereka.
matanya tak pernah mereka buka habis hingga melotot,
mereka banyak menundukkan pandangannya,
aku suka itu.
sesekali mereka menegakkan wajah sekedar sekilas melintasi jalan,
jalan yang sengaja di kawal petugas keamanan saat iring-iringan itu lewat.
ribuan laki-laki bersarung dan bergamis koko peci memutih.
setiap orang tunduk kagum saat mereka lalu di jalan,
termasuk aku.
tak ingin aku dustakan.
......
tangan kanan mereka rata-rata mengangkat kitab,
sangat diagungkan.
iya...diletakkan di dada.
itu bagus dan terlalu syahdu.
jarang aku temui kaum adam ini dengan pesonanya.
mereka terlalu suci untuk dikotori,
mereka terlalu teduh untuk diresahkan...
penjagaan hati mereka lebih kuat dari pada kerangkeng pembatas kepolisian.
aku suka itu.
tak pantas aku bayangkan,
terlalu suci untuk sekedar hinggap dalam pikiranku.
mereka...
laki-laki dengan pesona kitab suci.
indah.
tak pantas untuk sekedar dipersandingkan...
lidah mereka terlalu lincah melafazkan ayat-ayat suci Ilahiah...
tangan mereka terlalu sering menyentuh tiap lembaran kitab yang suci,
kening mereka...
ini sudah terlalu teduh untuk setiap saat mereka sujudkan,
sajadah hampir-hampir lebih berharga daripada kekasih hati mereka.
aku suka itu.
......
hingga iring-iringan berlalu,
pesonanya masih menggelayut mataku,
tak tahu ini dosa atau bagaimana....
kota serambi mekah ini membuatku selalu berkata.
"aku jatuh hati dengan nuansa keimanannya"
rasanya..
ingin mati di sini saja.



sekerat kado untuk hatiku yang mulai menandus,)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar