Minggu, 30 Januari 2011

jangan sungkan menangis di pundak ayahmu

oleh Tha LiNa pada 13 Desember 2010 jam 11:15
 
 
 
 
 
 
aku jarang mengalami kegagalan yang fatal,

jadi agak kurang berbakat dalam hal menagis,

bagiku air mata itu adalah jalan keluar terakhir,

bila masih bisa ditahan, tahan kuat-kuat.

telan air mata, bertengadahlah ke atas dan tataplah luasnya langit,

tarik nafas dan jangan pernah merasa lemah dan sendiri,

kira-kira itu akan menguatkanku beberapa saat hingga tangisku tertahan.

sasak dan mengalir hanya sebatas di dalam hati.



suatu saat aku gagal.

sudah umuran dewasa ini,

berhubung jarang gagal yang fatal begini, jadi agak heboh kacau balau mengharu biru perasaan.

memang tidak menangis, tapi ibu dan ayah justru diam-diam jadi khawatir,

takut aku jatuh dan depresi perasaan kegagalan.

hm....



aku jarang berbagi cerita agak pribadi dengan ayah,

walau ayah sangat terbuka denganku,

untuk masalah perasaan cita-cita dan harapan aku lebih memilih bungkam bercerita,

aku sungkan dan agak malu.

aku anak perempuan...

malu dan berat rasanya bila harus curhat dan menangis di hadapan ayah,

hm...

(harga diri terlalau tinggi atau egoisme pribadi terlalu besar,?



sudah bercerita habis-habisan dengan mama sampai wajahku memerah menahan tangis dan linangan air mata,,

mama sudah porak poranda menyemangatiku,

menenangkan tingginya dinding keinginanku yang harus runtuh oleh hal sepele dan jumlahnya cuma satu.

cukup tragis dan terluka batin.

mama sudah total bijaksana, bila mampu menurunkan kitab dengan sabda kesabaran...mungkin mama akan membacakan segala ayat-ayatnya hingga aku terlelap,

tapi sayang mama tidak 100% dapat menyelimuti rasa galau dan kekecewaan dalam hatiku,

aku memilih menepi dan diam,

mama membiarkan.. dia tahu aku terluka dan kecewa pada diriku dan inginku sendiri.

"sudahlah.. beristirahat saja dulu.. tenangkan fikiranmu dulu"

itulah kalimat penutup mama sebagai pengantarku tidurku malam itu..



...........



dua hari aku masih porak poranda dalam rasa galau,

satu minggu masih,

sebulan masih tersayat,

TUhan......

dalam sekali kecewa itu,



ayah diam mematung,

beliau bingung ingin berkata apa, takut salah rangkai kata,

aku terluka.

jadi beliau hanya duduk di sampingku, kadang menatap wajahku dalam.... sekali,

kadang memperhatikan lakonku yang tak biasa,.

akhirnya ayah habis rasa sabar..

beliau menemuiku yang duduk di ruang tengah, diam di depan tv, tapi tidak menonton acara tv.

mematung.

diam.

"Lin, kadang kamu harus merendahkan diri mebagi cerita dengan ayahmu sendiri.."

"gelas saja kalau terus diisi air akan tumpah...

"langit yang kokoh dan biru saja mampu menggugurkan hujan berselimut petir...

masa manusia tak mampu berbagi,

nanti terlalu sesak perasaanmu"



aku diam,

ada tetes demi tetes guratan kesedihan yang mulai ingin jatuh,

tapi,

selalu..

ku TAHAN.

aku tatap mata ayah,

aku tertunduk pilu..

ada rasa malu disana, aku telah membuatnya kecewa kali ini,



akhirnya ayah agak tersulut emosi, beliau matikan tv.

mengajakku ke ruang tengah,

aku diam mematung.

ayah mulai membujukku, lamaaa sekali..

aku basah di relung-relung perasaan, ada hawa lembab ku tahan kuat-kuat.

ayah membujuk., menatapi sudut mataku, memutari sisi perasaanku,

memperlakukanku dalam dorongan kasih sayang..

menunggu aku berbagi dan memuntahkan kata demi kata,

beliau menungguiku,

berbagi,

lamaaa...membujukku..

hingga ayah berkata,

"jika kamu mampu berbagi cerita lewat buku, menulis...

jika kamu mampu berbagi dengan mama lewat bahasa,

jika kamu dapat membagi dengan teman atau sahabatmu, kenapa ayah kandungmu sendiri tidak kau bagi..

pelit sekalikah perasaan anak perempuan yang telahku besarkan?"



aku hampir mati terlalu lama menahan tangis,

aku malu didepan ayah,

aku sungkan sekali..

sungguh-sungguh-sungguh...

sungkan,

tak terbayang.



akhirnya,

tetes demi tetes tangis lembab menngucur similir dalam tangis di pipiku,

aku memerah...

aku menagis..pelan,

tapi tak lagi kuat ku tahan..

akhirnya aku terisak juga..

kali ini parah dan tragis,

aku benar-benar terisak lebat dalam balutan air mata,

ayah berapa kali putar badan menenangkanku pelan,

"mengislah dipundak ayahmu...

karena ayah lah laki-laki yang jauh lebih bisa menjaga rahasiamu dibanding yang lain"..



aku menagis bukan kepalang kali ini,

mama dari tadi melihati tingkahku menyandar kepala dalam kokohnya dinding perlindungan ayah,,

mama menenangkanku kali ini,

meyudahi kegagalanku..

dan berkata semua akan berakhir besok.

saat aku bangun semua telah baik-baik saja..

aku bergelayutan dalam pundak ayah,

aku menggenggam hangatnya tangan ibuku...

aku larut dalam lautan kasih sayang keduanya,

bercerita kekecewaanku sejadi-jadinya...

habis,

tak tersisa...

ada ruang yang satu demi satu menjadi kosong dan lega dalam batinku,,

aku ingin terus bersandar dan menggenggam keduanya,

tanpa pernah berfikir kelak maut akan menjadi dinding pemisahnya,,



aku lega,,,

habis luluh lantak menangis dihadapan ayahku,

bujukan ayah membuatku membasahi pipiku,

seketika egoisme anak perempuan habis dimakan keteduhan wajah ayahanda..



......



bukan bermaksud menggurui, hanya berbagi kisah..

"di dunia ini kita beruntung, bagi anak perempuan yang sangat dicintai ayahnya..

berbagilah dalam hangatnya bola mata ayahmu, ada ayah yang jauh lebih dapat dipercaya bila dibangding dengan laki-laki di luar sana yang belum tentu dapat menjadi sandaran hati dan keluh kesahmu..menjaga rahasiamu.. wahai anak perempuan yang sangat dicintai ayahnya,

untuk mu anak perempuan maupun anak laki-laki yang menjadi permata di keluarganya,

berbagilah dengan ayahmu, meski ayah banyak diam..tapi tahukah engkau... ayahmu sering tidak bisa tidur memikirkan anak perempuan atau laki-lakinya yang ia sayangi dalam DIAM dan kokohnya perasaan tebalnya muka dalam sungkanmu, tahukah ayah selalu menyebut namamu dalam tiap doa lima waktunya. tahukah... ayah selalu ingat tanggal lahirmu, makanan kesukaanmu, warna favoritmu... dan selalu menyisihkan uangnya walau untuk oleh-oleh kecil dan biasa saat ia keluar kota...



tahukah..

ayah selalu berharap yang terbaik bagi anak perempuan atau anak laki-lakinya,

walau dia banyak membalut diri dalam diam..

karena ayah kepala keluarga,

kadang diam itulah yang membuat dia berwibawa...

tapi jauh dari itu,

ayah selalu menyediakan pundaknya untuk menopang tiap tangis cerita duka lara dan bahagia putra putrinya.

ayah selalu membuka kedua tangannya hanya untuk menggenggam keluh kesah dan cerita suka permata hatinya...



dari hari ini,

segera telpon ayah..dan tanyakan kabar terakhirnya,,

karena tahukah...

habis sholat tadi ayah baru saja mendoakanmu dalam sujud dan pengangkatan tangan di atas sajadahnya..

hanya untumu bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar